PT Pertamina (Persero) terus memperluas inovasi energi berkelanjutan melalui pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO). Inisiatif ini tidak hanya mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan, tetapi juga memanfaatkan limbah rumah tangga dan industri untuk mendukung ekonomi sirkular.
Transformasi Minyak Jelantah menjadi SAF
Senior Vice President Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa minyak jelantah dikumpulkan dari berbagai sumber seperti rumah tangga, restoran, dan industri makanan, kemudian diolah menggunakan teknologi Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA). Teknologi ini mengubah UCO menjadi bahan bakar penerbangan yang kompatibel dengan infrastruktur penerbangan saat ini.
“Target kami pada kuartal pertama tahun depan, SAF dari UCO akan digunakan secara komersial dalam penerbangan joy-flight oleh Pelita Air,” ujar Oki.
Potensi UCO di Indonesia mencapai 1,24 juta kiloliter per tahun. Namun, tantangan utama terletak pada kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengumpulan UCO dan distribusi sumber yang tersebar luas. Untuk menjawab ini, Pertamina telah memulai program pra-pemasaran di Bali dengan memasok SAF kepada maskapai penerbangan, yang terbukti mampu mengurangi emisi hingga 84%.
Kolaborasi dan Target Jangka Panjang
CEO PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, menyatakan bahwa keberhasilan SAF membutuhkan kolaborasi lintas sektor. “Kami menargetkan peningkatan pengumpulan UCO dari 0,3 juta ton pada 2023 menjadi 1,5 juta ton pada 2030, melalui kerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta,” jelasnya. Strategi ini juga mencakup penguatan infrastruktur penyimpanan UCO.
Dalam jangka panjang, Pertamina berencana memperluas kapasitas produksi SAF dan bahan bakar rendah karbon lainnya melalui kolaborasi dengan regulator, insentif pemerintah, dan kemitraan internasional.
Regulasi untuk Mendukung Pengembangan SAF
Direktur Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas, Nizhar Marizi, mengungkapkan bahwa regulasi tengah disiapkan untuk menjawab tantangan kuota dan tarif ekspor UCO, serta manajemen pengumpulan UCO untuk memastikan kualitasnya sebagai bahan baku SAF.
Dukungan Global terhadap Inisiatif SAF Indonesia
Emma Fenton, Senior Director Climate Diplomacy Opportunity Green United Kingdom, memuji upaya Pertamina sebagai model penerapan ekonomi sirkular. “Pendekatan Indonesia yang memanfaatkan jaringan kemitraan masyarakat, SPBU, dan kilang adalah langkah inspiratif yang memposisikan negara ini sebagai pemimpin potensial dalam produksi SAF,” ujar Emma.
Emma juga menegaskan pentingnya dukungan komunitas global untuk inisiatif ini, yang tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga aksi nyata terhadap perubahan iklim. “Saya optimis langkah ini akan berkontribusi pada pencapaian net-zero emissions di sektor penerbangan pada 2050,” tambahnya.
Komitmen Pertamina terhadap Keberlanjutan
Sebagai pemimpin transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 melalui program SAF dan inisiatif lainnya yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya.
Upaya ini mempertegas peran Pertamina dalam inovasi energi bersih, memberikan solusi nyata untuk tantangan lingkungan, sekaligus mendukung posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam diplomasi energi regional.