Mantan Wapres Dukung Pertamina tak Turunkan Harga BBM, JK: Bisa Bangkrut Kalau Turunkan Harga

0
986

PT Pertamina sampai sekarang belum menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) meski harga minyak mentah di pasar dunia turun di tengah pandemi Virus Corona atau covid-19.

Bila sebelum pandemi harga di level 70 sampai 80 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, tapi sekarang anjlok ke 30-an dolar AS.

Keputusan PT Pertamina yang belum kunjung menurunkan harga BBM, mendapat dukungan dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurut JK bila Pertamina menurunkan harga BBM, maka mereka akan mengalami kerugian bahkan bisa bangkrut.

“Artinya bensin di dunia ini murah. Akhirnya, mobil listrik kalau harga BBM murah, tidak bisa bersaing,” ujarnya saat webinar, kemarin malam.

Menurut JK, hal tersebut juga merugikan bagi PT Pertamina sebagai pemasok BBM karena tidak bisa serta-merta menurunkan harga kendati minyak dunia di level rendah.

“Kalau harga BBM diturunkan, langsung Pertamina bangkrut karena Pertamina kan memberikan subsidi. Sekarang sudah turun, tapi penjualan juga turun,” katanya.

Penurunan konsumsi BBM tersebut dinilanya karena masyarakat dilarang banyak berpergian saat pandemi, sehingga penggunaan kendaraan berkurang.

“Jadi, penjualan Pertamina turun 30 sampai 40 persen, akibatnya kalau harga BBM diturunkan, double dia kena. Sedangkan, ongkos operasional Pertamina tidak banyak turun, tapi harga bbm Pertamina tidak terlalu tinggi juga,” pungkasnya.

BUMN Pertamina menjadi sorotan di masa pandemi Virus Corona atau covid-19.

Pasalnya, harga BBM tak kunjung diturunkan meski harga minyak dunia menyentuh level terendah dalam sejarah.

Dirut Pertamina Nicke Widyawati pun membeberkan dampak serius jika harga BBM diturunkan.

Turunnya harga minyak mentah dunia tak kunjung buat harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia ikut goyah.

PT Pertamina sendiri masih belum memberikan kabar gembira terkait penurunan harga bbm meskipun harga minyak mentah dunia telah berada di angka minus.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, harga BBM bisa saja diturunkan dengan memilih biaya produksi yang lebih rendah.

Yakni meningkatkan impor minyak murah dan memangkas produksi, atau bahkan menutup sektor hulu migas.

“Tapi, kemudian kalau hulu migas ditutup, kilang-kilang ditutup, kita akan kembali lagi ke zaman dulu, tergantung dengan impor,” katanya dalam sebuah diskusi virtual, Senin (15/6/2020).

Dengan ditutupnya kilang, maka tujuan pemerintah untuk menciptakan kemandirian energi tidak akan terealisasi.

“Bayangkan kalau kita hanya mengandalkan impor yang katanya di luar negeri itu murah.

Oke kita andalkan impor, enggak usah kita memproduksi sendiri.

Kalau ternyata negara tersebut terjadi lockdown enggak bisa mengirimkan BBMnya?” tutur Nicke.

Lebih lanjut, Nicke mengakui, harga minyak produksi dalam negeri sempat jauh lebih mahal ketimbang impor.

Namun, sebut dia, perlu ada perhitungan panjang untuk memutuskan meningkatkan impor demi menciptakan harga BBM yang lebih murah.

Sumber asli: tribunnews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here