Kota Sydney di Australia telah menjadi pelopor dalam gerakan go green, sebab semenjak awal Juli pemerintah telah berhasil 100% beroperasi dari energi terbarukan. Sumber listrik itu berasal dari dua pembangkit listrik tenaga surya dan satu tenaga angin yang berada di sekitar negara bagian New South Wales.
Energi terbarukan itu kini dapat sepenuhnya mengoperasikan semua fasilitas publik dan properti yang dimiliki pemerintah kota, termasuk sekitar 115 bangunan seperti perpustakaan, ruang komunitas dan gedung perkantoran, 75 taman kota, lima kolam renang dan 23 ribu lampu jalanan, serta Balai Kota Sydney.
Peralihan ini dapat dilakukan berkat perjanjian pembelian energi terbarukan selama sepuluh tahun dengan peritel Australia Flow Power. Kontrak sebesar AUS$ 60 juta atau setara sekitar Rp 625 miliar itu dipahami sebagai kesepakatan terbesar oleh dewan kota mana pun di Australia.
Meski tergolong banyak, pemerintah kota Sydney menilai mereka justru bakal menghemat sebanyak AUS$500 ribu atau setara sekitar Rp 5,2 miliar dalam satu dekade ke depan, dan mengurangi sekitar 20 ribu ton emisi karbon setiap tahunnya.
“Kami berada di tengah darurat iklim. Jika kita ingin mengurangi emisi dan menumbuhkan sektor energi hijau, semua fungsi pemerintahan harus segera bertransisi ke energi terbarukan,” kata Wali Kota Sydney, Clover Moore.
“Kota-kota besar bertanggung jawab atas 70 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia, jadi sangat penting bagi kita untuk mengambil tindakan iklim yang efektif dan berkesinambungan.”
Pemerintah Sydney telah berupaya menjadi ramah lingkungan sejak 2007 dan merupakan kota pertama di Australia yang bersertifikat karbon netral alias tidak menghasilkan jejak karbon pada 2011.
Tahun lalu, Sydney adalah salah satu dari 43 kota yang diapresiasi karena dedikasinya terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan perencanaan untuk mencegah peristiwa iklim ekstrim, seperti kenaikan permukaan laut, kebakaran, hingga kekeringan.
Moore mengatakan kesepakatan baru itu akan membantu Sydney mengurangi emisi sebesar 70 persen pada 2024, enam tahun lebih awal dari pada target yang dipasangnya.
