Tahun ini, PT Freeport Indonesia tahun ini menggelontorkan investasi US$1,3 miliar untuk pengembangan penambangan bawah tanahnya di Papua.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyampaikan sepanjang periode 2019—2020, perusahaan tengah memasuki masa transisi beralih sepenuhnya pada kegiatan produksi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave dan Deep Level Level Zone (DMLZ). Hal itu dilakukan seiring dengan berhentinya operasi tambang terbuka tahun lalu.
Oleh karena itu, kapasitas produksi perusahaan saat ini hanya 60 persen dari kapasitas penuh. Produksi dengan kapasitas penuh baru akan tercapai pada 2022.
“Tahun ini investasi tambang bawah tanah US$1,3 miliar. Karena harus investasi US$1,3 miliar,cash flowmasih negatif,” ujar Tony dalam diskusi virtual, Senin 17 Agustus 2020.
Berdasarkan laporan keuangan dan operasi kuartal II/2020 Freeport-McMoRan Inc., induk usaha Freeport Indonesia, kapasitas produksi bijih di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave dan DMLZ mencapai 54.800 ton per hari sepanjang kuartal kedua tahun ini. Realisasi ini di atas 9 persen dari proyeksi dan naik 46 persen dibandingkan dengan kuartal I/2020.
Sepanjang kuartal kedua tahun ini, Freeport Indonesia menambah 46drawbellbaru di tambang bawah tanah sehingga totaldrawbellyang dibuka sampai saat ini mencapai 261drawbell.Drawbellbaru akan terus ditambah untuk meningkatkan produksi.
Freeport Indonesia menargetkan produksi tembaga dan emas pada 2021 dapat meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun ini. Produksi tembaga tahun depan ditargetkan dapat mencapai 1,4 miliar pon, sementara emas mencapai 1,4 jutaounce.
Usai pengembangan tambang bawah tanah rampung, nantinya diharapkan rerata produksi tahunan Freeport Indonesia untuk beberapa tahun ke depan dapat mencapai 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 jutaounceemas.
Modal tahunan Freeport Indonesia untuk proyek pengembangan bawah tanah ini diperkirakan mencapai sekitar US$900 juta per tahun untuk periode 2020 hingga 2022.