Seputarenergi – Sejumlah proyek PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) senilai Rp 51,5 triliun yang pendanaannya berasal dari luar negeri mengalami kendala akibat kebijakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Kendala ini terutama berkaitan dengan masalah klausul TKDN, yang menjadi salah satu hambatan signifikan dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut.

Zainal Arifin, Executive Vice President of Renewable Energy PT PLN, menjelaskan bahwa masalah klausul TKDN sulit diakomodir dalam pedoman pengadaan yang diterapkan oleh bank pembangunan. “Klausul TKDN ini tidak bisa diakomodir dalam procurement guideline para development bank sehingga pendanaan untuk proyek ini terhambat,” ujarnya.

Salah satu hambatannya adalah keengganan Kementerian Perindustrian untuk melonggarkan aturan TKDN, bahkan untuk proyek Energi Baru Terbarukan (EBT). Dalam konteks World Bank, Zainal menjelaskan bahwa konsensus dari anggota World Bank menghadapi kesulitan memberikan referensi local content karena sumber pendanaan berasal dari berbagai negara.

Aturan TKDN ini diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 54 Tahun 2012, yang kemudian diubah menjadi Permen Perindustrian No 4 Tahun 2017. Meskipun proyek-proyek ini mendukung EBT, Kementerian Perindustrian tetap tidak mau melonggarkan aturan TKDN untuk pembiayaan luar negeri.

Zainal berharap agar ada revisi terkait TKDN khusus untuk proyek-proyek yang mendapatkan pendanaan dari luar negeri.

Berikut adalah daftar proyek pendanaan luar negeri yang terkendala oleh TKDN:

  1. PLTA Upper Cisokan PS kapasitas 1.040 MW. Nilai proyek US$ 755 juta atau setara Rp 11,70 triliun dengan prosentase pinjaman 80%. Ditargetkan COD pada 2025/2026.
  2. PLTS Matenggeng PS kapasitas 943 MW. Nilai proyek US$ 1,18 miliar atau setara Rp 18,33 triliun dengan prosentase pinjaman 70%. Ditargetkan COD 2028.
  3. PLTS Bakaru II kapasitas 140 MW. Nilai proyek 241,2 juta EUR atau setara Rp 4,1 triliun dengan prosentase pinjaman 77% dan ditargetkan COD pada 2025/2026.
  4. Rehabilitasi PLTP Kamojang kapasitas 140 MW. Nilai proyek 78,7 juta EUR atau setara Rp 1,33 triliun dengan prosentase pinjaman 76% dan target COD 2026.
  5. PLTP Ulumbu 5 dan Mataloko 2-3 kapasitas 20 MW. Nilai proyek 217 juta EUR atau setara Rp 3,68 triliun dengan prosentase pinjaman 69% dan target COD 2025/2026.
  6. Hydro PLTM Tersebar (Kalibumi, Lapai I, Riorita, Watunohu) kapasitas 32,58 MW. Nilai proyek 94,6 juta EUR atau setara Rp 1,6 triliun dengan prosentase pinjaman 73% dan target COD 2025/2026.
  7. PLTP Hululais kapasitas 110 MW. Nilai proyek US$ 207,99 juta atau setarap Rp 3,2 triliun dengan prosentase pinjaman 85% dengan target COD 2025/2026.
  8. Transmisi Green Energy Corridor Sulawesi 275 JV dengan panjang 830 km. Nilai proyek US$ 484 juta atau setara Rp 7,5 triliun dengan prosentase pinjaman 67%. Target COD 2027.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *