Kapasitas Pembangkit EBT Tambah 217 MW

0
615

Pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) cukup menjanjikan di Indonesia. Hingga pertengahan 2021, kapasitas pembangkit listrik berbasis energi bersih tersebut naik hingga 217 megawatt (MW).

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menyebut tambahan ini masuk ke dalam sistem jaringan atau on grid PLN. “Ini capaian bagus, tapi untuk mencapai (target bauran EBT) 23 persen harus kerja empat sampai lima kali lipat dari sekarang, sehingga di tahun 2025 bisa mendeklarasikan target yang ditetapkan 23 persen bisa tercapai,” ungkapnya dalam dalam webinar di Jakarta, Kamis (20/8).

Total tambahan 217 MW tersebut, terang Dadan, diperoleh dari PLT Air Malea (90 MW), 9 unit PLT Minihidro (56 MW), PLTS Atap 13 MW, PLTP Sorik Marapi Unit 2 (45 MW), dan PLT Bioenergi (12,5 MW). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.478 MW dengan kenaikan rata-rata sebesar 4 persen per tahun.

Menurut Dadan, salah satu faktor pendorong pertumbuhan pembangkit EBT bisa melalui energi surya. Pasalnya, besar potensinya ditaksir hingga mencapai 207,8 gigawatt (GW), namun baru dimanfaatkan sekitar 0,1 persen. “Karena itu, pemerintah terus mendorong pemanfaatan PLTS, salah satunya melalui PLTS (pembangkit listri tenaga surya) atap,” tegas Dadan.

Masuknya EBT sebagai fase keniscayaan dalam pemanfaatan sumber energi global, jelas Dadan, tetap harus mempertimbangkan kondisi kebutuhan energi di dalam negeri.

“Benar bahwa Vietnam begitu maju dari sisi PLTS, kita juga merencanakan ingin seperti itu dalam waktu singkat. Di sisi lain misalnya negara tetangga Malaysia sekarang bangun PLTS Atap mirip dengan yang Kementerian ESDM sedang susun dengan prinsip 1:1,” ungkap Dadan menambahkan.

Segera Disahkan

Pemerintah optimistis mencapai target bauran EBT. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah adalah merampungkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara 2021-2030. “Porsi EBT jadi lebih besar, angkanya menjadi 51,6 persen. Mudah-mudahan segera disahkan,” tutup Dadan.

Secara terpisah, Pengamat Energi dari Energi Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean mengatakan hal terpenting sekarang adalah penyusunan regulasi yang membuat pengembangan EBT menjadi menarik bagi sindikasi keuangan maka swasta pasti akan banyak masuk kesektor ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here