Rusia-Ukraina Masih Menjadi Faktor Utama dari Kenaikan Harga Batubara

0
1539
Kapal Tongkang pembawa batubara melintasi aliran Sungai Batanghari di Muaro Jambi, Jambi, Selasa (9/8). Pemerintah Provinsi Jambi melayangkan surat keberatan kepada Kementerian Dalam Negeri atas rencana pembatalan Perda Batu Bara daerah itu yang telah mengatur larangan angkutan batu bara melintasi jalan raya setempat dan mengharuskan pembuatan jalur khusus atau melalui jalur sungai karena dinilai berkontribusi besar atas kerusakan jalan provinsi itu. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/aww/16.

Seputarenergi.com- Konflik Rusia-Ukraina yang masih memanas memicu gangguan pada pasokan batubara. Konflik yang melibatkan salah satu produsen gas alam terbesar di dunia akhirnya membuat harga gas alam melambung tinggi.

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, tren komoditas energi masih belum selesai sehingga potensi bullish masih terbuka untuk harga batubara. Isu geopolitik Rusia-Ukraina masih menjadi faktor utama dalam kenaikan harga batubara.

“Karena adanya pembatasan pasokan batubara dari Rusia ke Eropa, selain itu Uni Eropa, Inggris, dan Jepang berencana untuk menghentikan impor bahan bakar untuk mencoba memotong sumber pendapatan Moskow setelah invasi ke Ukraina,” ucap Wahyu.

Hal tersebut membuat kekurangan pasokan batubara di pasar sehingga negara lain perlu mendapatkan bahan bakar batubara dari negara lain. Hal ini mengakibatkan harga energi lebih tinggi bagi konsumen yang sudah menghadapi ancaman lonjakan inflasi.

“Negara-negara kaya yang ingin menggantikan batubara Rusia dapat mengancam harga pembeli dari negara-negara berkembang seperti Malaysia, Vietnam dan Filipina yang bergantung pada impor bahan bakar,” ucap Wahyu.

Wahyu mengatakan, Rusia adalah pengekspor batubara terbesar ketiga secara global. Uni Eropa, Inggris, Jepang dan Korea Selatan berupaya untuk memotong impor dari negara tersebut dan mengambil sekitar 55% dari pengiriman tersebut pada tahun 2020.

Kenaikan harga batubara juga ditambah dengan adanya isu Covid-19 yang belum mereda di China. Shanghai melakukan lockdown dan menyebabkan masalah besar bagi China.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), perencana ekonomi utama China, berencana untuk menetapkan standar yang akan menentukan harga di sektor batubara. Ini adalah langkah terbaru untuk menindak kegiatan ilegal dan menstabilkan pasar batubara.

Wahyu mengatakan langkah ini merupakan upaya terbaru oleh otoritas China untuk mengendalikan lonjakan harga batubara sambil menghindari potensi dampak pada ekonomi negara di tengah pasokan global yang bergejolak

“Di antara langkah-langkah yang diambil untuk memastikan pasokan dan harga bahan bakar yang stabil, NDRC pada bulan Maret mendesak produsen dan pembeli batubara untuk memenuhi setidaknya 80% dari kontrak batubara jangka menengah dan panjang yang telah mereka tanda tangani,” ucap Wahyu.

Pada hari Jumat lalu, Komisi Pembangunan dan Reformasi Provinsi Shaanxi mengatakan dalam sebuah pemberitahuan bahwa beberapa penambang batubara di provinsi tersebut enggan berproduksi karena batasan harga, yang mengakibatkan persentase kontrak jangka menengah dan panjang yang rendah.

Wahyu menjelaskan gangguan pada perdagangan batubara global, isu lockdown China, akibat dari invasi Rusia ke Ukraina akan memperpanjang kenaikan harga bahan bakar hingga tahun depan. Wahyu memproyeksikan harga batubara akan berada di level US$ 350 per ton-US$ 400 per ton hingga akhir tahun 2022.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here