Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas menyatakan telah melakukan uji kadar oktan BBM bersubsidi Pertalite yang dijual di SPBU Pertamina.
Pengujian ini dilakukan di laboratorium Lemigas. Dari hasil pengujian sampel BBM Pertalite yang diambil dari enam SPBU di Jakarta, didapati hasil oktan atau RON Pertalite berada di kisaran 90,1 hingga 90,7.
Angka ini lebih tinggi dari standar oktan Pertalite yang berada di RON 90. Kepala Lemigas, Ariana Soemanto, mengatakan ada 19 parameter yang dijadikan tolak ukur dalam pengujian kualitas BBM Pertalite, salah satu parameter uji tersebut yakni angka oktan.
“Tidak ada yang RON-nya di bawah 90, semuanya di atas RON 90, yaitu kisaran 90,1 sampai 90,7,” kata Ari saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (14/10).
Pengujian kualitas BBM ini dilakukan sebagai upaya untuk menjawab kegelisahan masyarakat atas adanya kabar yang menunjukkan alat uji kadar oktan portabel pada BBM yang diduga sebagai Pertalite menunjukkan angka 86.
Guna memperoleh sampel yang lebih banyak, Lemigas akan terus melakukan pengujian ini secara lebih luas ke berbagai SPBU, termasuk SPBU yang berlokasi di luar Jakarta.
“Kami akan terus lakukan pengujian ini secara lebih luas lagi ke berbagai SPBU lainnya, jadi lebih masif lagi,” ujar Ari.
Sebelumnya diberitakan, beberapa hari ini ramai diperbincangkan unggahan di media sosial Twitter yang menunjukkan alat uji kadar oktan portabel pada BBM yang diduga sebagai Pertalite menunjukkan angka 86.
Padahal Pertalite seharusnya berkadar oktan 90 atau RON 90. Akun Twitter pengunggah foto tersebut, @yo2thok mengatakan dalam narasinya, “Pertalite RON 90 actual hanya RON 86,” dikutip Senin (10/10).
“Ini namanya perampokan dan aparat melempem seperti kerupuk kena air”. Dalam unggahannya ia juga menuliskan, “tanpa harus menjelaskan dengan detail, Pertamina sebenarnya sudah paham hanya dengan melihat gambar meja warna merah, botol ukur, serta alat uji Octane Portable ini punya siapa?”
Beberapa warganet lainnya coba menyanggah unggahan @yo2thok. Seperti @agus_budi yang mengatakan bahwa alat portabel seperti itu tidak akurat karena untuk menguji angka oktan yang benar butuh alat lab.
“Misal di Lemigas. Sekarang juga gak ada refinery produksi oktan 86. Kalaupun dioplos pakai apa yang harganya murah…dulu bensin dioplos minyak tanah karena harga minyak tanah murah (ada subsidi),” tulis @agus_budi.
Sumber asli: katadata.com