Desa Pendem yang terletak di Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, akan menjadi desa percontohan dalam penerapan konsep desa hemat energi menggunakan energi terbarukan yang berasal dari kotoran ternak. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa Pendem, Mardiyanto, setelah menghadiri acara workshop pengelolaan dan konservasi air tanah dalam rangka peringatan Hari Bumi yang diselenggarakan oleh Cabang Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Solo di SDN 3 Pendem pada hari Selasa (23/5/2023).
Mardiyanto menjelaskan bahwa saat ini sudah ada 40 unit digester biogas yang telah dibangun di belakang rumah warga yang memiliki kandang ternak sapi. Alat tersebut diberikan oleh ESDM Wilayah Solo, anggota dewan, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. “Pada tahun 2011, kami memulai dengan 11 titik digester biogas. Kemudian pada tahun 2022, kami membangun 4 titik lagi. Dan dari ESDM Wilayah Solo, kami mendapatkan tambahan 25 titik,” jelasnya kepada Tribunjateng.com.
Menurut Mardiyanto, alat tersebut masih berfungsi dengan baik dan memberikan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat hingga saat ini. Selain digunakan untuk keperluan memasak sebagai pengganti gas LPG, biogas dari kotoran ternak juga dimanfaatkan sebagai sumber listrik untuk penerangan.
Data menunjukkan bahwa terdapat 388 peternak di Desa Pendem. Mardiyanto berharap bahwa Desa Pendem dapat menjadi contoh dalam penerapan konsep desa hemat energi. “Target kami adalah memiliki 388 titik digester biogas, namun saat ini baru terpasang 40 titik,” ungkapnya.
Abdul Charis, Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Solo, menjelaskan bahwa bantuan 25 unit digester biogas yang diberikan kepada Pemerintah Desa Pendem bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pengolahan kotoran ternak.
Charis menjelaskan bahwa masyarakat Desa Pendem akan mengelola sendiri digester biogas tersebut. Pihaknya hanya memberikan bantuan peralatan, edukasi, dan pendampingan. Satu unit digester biogas dapat memenuhi kebutuhan energi satu kepala keluarga. Charis juga menambahkan bahwa gas yang terkandung dalam kotoran ternak digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, seperti memasak, sementara sisa kotoran dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
“Dengan memanfaatkan kotoran ternak yang sebelumnya tidak digunakan dan hanya menjadi limbah, seperti bau yang tersebar dan polusi air tanah, kita dapat mengolahnya dalam digester menjadi gas yang kemudian dialirkan ke kompor. Dengan demikian, masyarakat
tidak lagi menggunakan LPG untuk memasak, melainkan menggunakan biogas,” jelasnya.
Dengan menjadi desa percontohan dalam penerapan energi terbarukan melalui pengolahan kotoran ternak, Desa Pendem diharapkan dapat memberikan inspirasi dan contoh nyata bagi desa-desa lainnya dalam upaya mencapai kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan.