Pemerintah Indonesia melalui Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menekankan pentingnya komitmen pendanaan transisi energi dari Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP adalah skema pendanaan senilai USD 20 miliar yang ditujukan untuk mendukung program energi berkelanjutan di Indonesia. Luhut Binsar Pandjaitan meminta JETP untuk memenuhi komitmennya dalam menyediakan dana sebesar itu, yang setara dengan Rp 300 triliun.
Pendanaan sebesar USD 20 miliar dari JETP diumumkan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diselenggarakan di Bali. Luhut Binsar Pandjaitan menekankan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan semua persiapan yang diperlukan untuk menerima dana tersebut. Tim yang dipimpin oleh Pak Rachmat telah siap mengimplementasikan program-program yang akan didanai oleh JETP, termasuk proyek-proyek pembangkit listrik berbasis batu bara (coal firing).
Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa tidak ada kendala yang berasal dari pemerintah Indonesia terkait dengan pendanaan ini. Semua persiapan sudah dilakukan, dan program-program energi berkelanjutan yang akan didanai oleh JETP sudah disiapkan secara paralel.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang menagih komitmen pendanaan yang diumumkan oleh Amerika Serikat saat KTT G20 di Bali tahun sebelumnya. Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti fakta bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang telah berhasil mencapai kesuksesan dalam menghadapi tantangan early retirement coal fire. Pemerintah Indonesia berkeinginan agar Amerika Serikat dan mitra-mitra mereka memenuhi komitmen pendanaan mereka.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya telah mengungkapkan bahwa setengah dari pendanaan JETP senilai USD 20 miliar merupakan pinjaman komersial. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa bunga pinjaman pendanaan JETP sudah ditetapkan dan bervariasi tergantung pada sumber pinjaman tersebut. Namun, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai hal ini.
Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa dari total pendanaan sebesar USD 20 miliar, USD 10 miliar merupakan pinjaman dari aliansi perbankan yang tergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Aliansi ini terdiri dari Bank of America, Citibank, Deutsche Bank, HSBC, Macquaire, MUFG, Standard Chartered, dan beberapa bank pembangunan multilateral lainnya.
Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya pendanaan transisi energi dari JETP sebagai bagian dari upaya untuk mencapai tujuan energi berkelanjutan di negara ini. Diharapkan bahwa komitmen pendanaan tersebut dapat segera dipenuhi oleh para pihak terkait, sehingga Indonesia dapat terus bergerak maju dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan mencapai sasaran net zero emisi dalam waktu yang ditentukan.