Masalah Polusi Jakarta Disorot Dunia, PLTU Batu Bara Jadi Pusat Perhatian

0
563

Seputarenergi – Masalah polusi udara di DKI Jakarta semakin mengemuka dan menjadi sorotan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga mendapat perhatian media internasional. Berbagai faktor seperti pabrik batu bara raksasa dan pembangkit listrik tenaga batu bara turut menjadi penyumbang terbesar terhadap masalah polusi udara yang semakin parah.

Dilansir oleh AFP pada Kamis (10/8/2023), Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara tertinggi di dunia menurut perusahaan pemantau kualitas udara IQAir. Jakarta telah memimpin peringkat ini selama beberapa hari berturut-turut, dengan kondisi udara yang semakin buruk.

Tingginya tingkat polusi udara di Ibu Kota Indonesia ini diperkirakan menyebabkan 7 juta kematian dini setiap tahunnya, menjadikannya sebagai satu-satunya risiko kesehatan terbesar menurut PBB. Jakarta bahkan telah melampaui kota-kota besar lainnya seperti Riyadh, Doha, dan Lahore dalam hal polusi udara.

Tingkat polusi udara yang seringkali mencapai tingkat tidak sehat, terutama polusi PM 2,5, berdampak buruk terhadap kesehatan pernapasan masyarakat. Warga Jakarta menghadapi masalah serius ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dirasakan oleh Anggy Violita (32), seorang warga Jakarta yang mengeluhkan dampak polusi tersebut. “Saya harus memakai masker sepanjang waktu. Baik tubuh maupun wajah saya menderita,” ungkapnya kepada AFP.

Presiden Joko Widodo merespon permasalahan ini dengan berbagai langkah. Ia berencana mengurangi “beban Jakarta” dengan merelokasi ibu kota ke pulau Kalimantan tahun depan. Selain itu, pembangunan sarana transportasi seperti LRT dan MRT juga menjadi fokus untuk mengurangi kemacetan dan polusi di Jakarta.

Meskipun pemerintah telah berjanji untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru mulai tahun 2023 dan berkomitmen menjadi netral karbon pada tahun 2050, tetapi kenyataannya masih ada tantangan. Pabrik batu bara Suralaya di pulau Jawa, salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, bahkan mengalami perluasan meskipun mendapat protes dari para aktivis.

Menurut Greenpeace Indonesia, tidak kurang dari 10 pembangkit listrik tenaga batu bara beroperasi dalam radius 100 kilometer (62 mil) dari pusat ibu kota, berkontribusi terhadap polusi udara yang semakin memburuk.

Peningkatan kesadaran dan tindakan nyata perlu dilakukan untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta. Upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait akan menjadi kunci dalam mewujudkan kualitas udara yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here