Komitmen Efisiensi Terus Ditingkatkan, Pendapatan Pertamina Dekati Rp 1.000 Triliun

0
423

Seputarenergi—PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan pendapatan hingga 62,5 miliar dolar AS atau setara Rp 996,25 triliun selama periode Januari-Oktober 2024, mendekati angka Rp 1.000 triliun. Pencapaian ini turut mendorong kenaikan laba menjadi 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 41 triliun).

Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menyatakan keyakinannya bahwa hingga akhir 2024, pendapatan perusahaan dapat menyamai capaian tahun sebelumnya. “Kami perlu ceritakan, bahwa pada 2024, kami mengalami situasi yang memberikan pressure di bisnis midstream,” ungkap Wiko, Rabu (4/12/2024).

Meski menghadapi tekanan global, Pertamina tetap mempertahankan kinerja positif. Perusahaan telah menggelontorkan belanja investasi 4,7 miliar dolar AS (Rp 74,53 triliun) hingga Oktober 2024, dengan fokus utama pada kegiatan hulu migas. Selain itu, semangat efisiensi juga ditegaskan Wiko, “Tentu saja sebagai semangat dari holding-subholding terus dilakukan efisiensi. Pada 2024, kami sudah membukukan cost optimization sebesar 780 juta dolar AS.”

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan bahwa perusahaan juga menerima pembayaran dana kompensasi dari Pemerintah untuk penyaluran BBM subsidi. “Pertamina mengapresiasi Pemerintah atas penerimaan pembayaran kompensasi tersebut,” kata Simon, terkait kompensasi sekitar Rp 38,03 triliun (termasuk pajak) untuk kuartal II-2024. Hingga akhir November 2024, total dana kompensasi yang diterima mencapai Rp 111,43 triliun.

Kompensasi tersebut mencakup selisih harga formula dengan harga eceran di SPBU untuk JBT Solar dan JBKP Pertalite dari kuartal IV-2023 hingga kuartal II-2024. Simon menekankan bahwa dukungan Pemerintah berperan penting dalam mewujudkan kemandirian energi, memperkuat ketahanan, ketersediaan, dan keberlanjutan energi di seluruh pelosok negeri.

Pertamina fokus pada strategi pertumbuhan ganda untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia, sekaligus mengembangkan bisnis rendah karbon di tengah transisi energi. Hal ini didukung dengan upaya mengoptimalkan distribusi BBM bersubsidi dan memastikan penyaluran tepat sasaran, serta mendorong peningkatan penjualan BBM non-subsidi yang naik 13 persen (year on year) hingga kuartal III-2024.

Pengamat ekonomi energi dari UGM, Fahmy Radhi, menilai efisiensi dan strategi lindung nilai (hedging) yang diterapkan Pertamina menjadi faktor kunci keberhasilan perusahaan dalam mencapai pendapatan hampir Rp 1.000 triliun. “Padahal kita tahu kondisi global juga belum reda,” ujar Fahmy.

Fahmy juga mengapresiasi dukungan Pemerintah melalui percepatan pencairan dana kompensasi. Ia berharap Pertamina dapat mempertahankan kinerja positif ini hingga akhir 2024 dan meningkatkannya tahun depan, terutama jika harga minyak dunia stabil. Selain itu, penguatan distribusi migas, pengelolaan geothermal, dan perbaikan serta transformasi yang konsisten diharapkan dapat terus menopang kinerja perusahaan. “Terlebih dengan terus melakukan perbaikan dan transformasi secara konsisten,” tutup Fahmy.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here