Merespons kenaikan harga minyak dunia karena konflik Rusia dan Ukraina yang membebani PT Pertamina (Persero), Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mendorong masyarakat mampu tidak menggunakan .
Arya menuturkan, orang-orang kaya dengan seharusnya malu menggunakan BBM subsidi. Jika mampu membeli mobil mewah, seharusnya mereka bisa menggunakan BBM nonsubsidi.
“Orang-orang kaya dengan mobil mewah harusnya jangan disubsidi, harusnya mengikuti harga pasar, karena sangat tidak fair kalau BBM untuk mobil mewah dibebankan ke rakyat,” ujar Arya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/3).
Dia melanjutkan, BBM nonsubsidi harganya bergantung kepada mekanisme pasar. Dengan begitu, orang kaya harus maklum ketika harga minyak mentah saat ini naik, Pertamina juga menaikkan harga beberapa BBM nonsubsidi sehingga mereka harus membeli dengan harga tinggi.
“Ini yang kita harapkan ada kesadaran juga bagi mereka yang memiliki mobil mewah ini untuk bersiap-bersiap selalu mengikuti harga pasar untuk komoditas energinya,” lanjut Arya.
Walaupun jumlah orang kaya dengan mobil mewah ini tidak sebanyak kelompok masyarakat lainnya, Arya tetap meminta mereka tidak membebani anggaran negara untuk subsidi energi yang sebenarnya ditujukan kepada masyarakat kurang mampu.
“Orang dengan mobil mewah walaupun jumlahnya enggak banyak, tapi kita dorong mereka mau pake BBM bukan subsidi mengikuti harga pasar naik atau turunnya, ikuti lah. Jangan membebani rakyat dengan mobil mewahnya,” tegasnya.
Sebelumnya, Pertamina menyesuaikan harga beberapa BBM nonsubsidi pada 2 Maret 2022 lalu. Dikutip dari laman resmi Pertamina, harga BBM yang mengalami kenaikan yakni Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Kenaikannya antara Rp 500-1.000 per liter.
Di Jakarta, Pertamax Turbo naik menjadi Rp 14.500 per liter dari sebelumnya Rp 13.500 per liter. Dexlite naik dari Rp 12.150 per liter menjadi Rp 12.950 per liter. Lalu Pertamina Dex naik dari Rp 13.200 per liter menjadi Rp 13.700 per liter.
Sedangkan harga Pertalite (RON 90) tetap Rp 7.650 per liter dan Pertamax (RON 92) tetap Rp 9.000 per liter. Pertamina tidak menaikkan harga Pertalite karena menjaga daya beli masyarakat yang mayoritas menggunakan jenis BBM ini.
“Kami sepenuhnya mendukung kebijakan Pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, sehingga meski harga minyak dunia menembus USD 130 per barel, Pertamina memutuskan harga Pertalite akan tetap di harga jual Rp 7.650 per liter,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, melalui keterangan resmi, Rabu (9/3).
Menurut dia, harga tersebut tidak berubah sejak tiga tahun terakhir. Saat ini, porsi konsumsi Pertalite adalah yang terbesar atau sekitar 50 persen dari total konsumsi BBM nasional, sehingga pemerintah terus melakukan pembahasan untuk skenario kompensasi Pertalite agar stabilisasi harga dapat terjaga.
Sumber asli: kumparan.com