Makin Efisien, Kementerian ESDM Sebut Biaya Pemasangan PLTS Turun 80 Persen

0
478
Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said (kiri) dan Direktur PT. Len Industri (Persero) Ahraham Mose (kanan), saat meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diresmikan di desa Oelpuah Kabupaten Kupang, NTT, Minggu (27/12). PLTS terbesar di Indonesia berkekuatan 5 mega watt (MW) tersebut nantinya akan digunakan untuk membantu PLN mensuplai aliran listrik bagi warga Kupang. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/ama/15.

Seputarenergi.com- Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, biaya pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) turun 80 persen.

Menurutnya, hal ini disebabkan PLTS buatan dalam negeri telah memperbarui teknologi hingga makin efisien sehingga pemasangan PLTS kini semakin terjangkau.

Untuk itu, ia meminta masyarakat agar memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memasang PLTS sehingga masyarakat dapat menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan serta hemat biaya.

“Ada penurunan dari sisi biaya modal atau capex-nya untuk energi terbarukan PLTS atau tenaga surya. Saat ini sudah ada perbaikan teknologi dan peningkatan efisiensi, sehingga biaya pasang per kwh ini makin turun,” ungkap Dadan di Jakarta, Selasa, 23 Agustus.

Sementara di sisi lain, kata Dadan, Kementerian ESDM telah melakukan serangkaian terobosan agar investor tertarik untuk berinvestasi di sektor energi baru dan terbarukan serta harga jualnya juga masih terjangkau oleh masyarakat.

“Salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Energi Baru Terbarukan. Perpres EBT ini sudah hampir selesai dalam beberapa hari akan sampai ke Presiden untuk disahkan,” lanjutnya.

Dalam Perpres ini, lanjut Dadan, pemerintah ingin menarik investor agar menanamkan modalnya di Indonesia sehingga harga jualnya masih bisa dijangkau oleh masyarakat luas.

“Panel surya juga dapat menghemat biaya listrik rumah. Pemanfaatan panel surya tidak hanya dapat diimplementasikan di rumah tangga saja, tetapi juga dapat digunakan di tempat usaha, sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, dan universitas,” bebernya.

Lebih jauh, ia menambahkan, penggunaan panel surya akan membantu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), sebab perangkat ini dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan, dan menerangkan ruangan dengan emisi yang relatif rendah.

Dalam Paris Agreement, Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan hingga 41 persen apabila dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Sebelumnya, Kepala Perencana Kementerian PPN/ Bappenas Jadhie J Ardajat menargetkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sektor listrik memberi kontribusi sebesar 5,3 persen dari total komitmen Indonesia yang sebesar 29 persen dalam menurunkan emisi gas rumah kaca pada 2030.

Pihaknya menargetkan sektor energi Indonesia secara keseluruhan berkontribusi sebesar 11 persen dalam menurunkan emisi gas rumah kaca pada 2030, yang terbagi sebesar 5,3 persen dari sektor energi listrik dan 5,7 persen dari transportasi, manufaktur dan yang lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here