Pakar ITB: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir Kualitas BBM Pertamina Sudah Diuji Ketat

0
119

Pakar konversi energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kualitas bahan bakar minyak (BBM) produksi PT Pertamina (Persero), termasuk Pertamax. Ia memastikan bahwa Pertamina selalu melakukan pengujian kualitas BBM-nya sesuai standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Pertamina selalu menguji kualitas BBM-nya, baik melalui Lemigas maupun ITB. Jadi, tak perlu khawatir. Pertamina selalu menjaga kualitas sesuai standar Ditjen Migas,” kata Tri melalui sambungan telepon di Jakarta, Minggu (2/3/2025).

Tri menjelaskan bahwa pengujian terhadap Pertamax dilakukan menggunakan standar ASTM D6201, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar deposit yang ditimbulkan BBM tersebut dalam mesin kendaraan. Pengujian ini penting untuk memastikan bahwa BBM dapat mencegah kerak yang berpotensi mengurangi efisiensi mesin.

Ia juga menegaskan bahwa pengujian kualitas BBM oleh ITB tidak dilakukan di kampus, melainkan di Laboratorium Surveyor Indonesia. Dalam pengujian tersebut, kadar aditif dalam BBM diatur sesuai spesifikasi internasional yang membatasi jumlah kerak dalam mesin agar tidak lebih dari 50 miligram per katup mesin.

Peran Aditif dalam BBM

Tri menjelaskan bahwa aditif yang ditambahkan dalam BBM tidak akan mengubah angka Research Octane Number (RON) atau volume BBM. Aditif hanya berfungsi untuk meningkatkan kualitas bahan bakar dan tidak mengubah sifat-sifat fisik BBM, seperti massa jenis dan viskositas.

“Penambahan aditif justru untuk mencegah timbulnya kerak, korosi, dan asam di dalam mesin, sehingga performa mesin lebih optimal. Aditif Pertatec yang ditambahkan berfungsi sebagai deterjen,” jelasnya.

Deterjen dalam BBM bukan seperti sabun, melainkan zat yang menjaga kebersihan mesin dengan beberapa fungsi utama:

  1. Deterjen – Mencegah penumpukan kerak di dalam mesin.
  2. Dispersan – Memecah kontaminan dalam bahan bakar untuk menghindari korosi.
  3. Demulsifier – Mencegah emulsi, yaitu reaksi antara bahan bakar dengan air.
  4. Antioksidan – Melindungi bahan bakar dari oksidasi agar tidak berubah menjadi zat asam yang bisa merusak mesin.

Menurut Tri, pengguna kendaraan yang terbiasa memakai Pertamax akan merasakan perbedaan signifikan jika menggunakan BBM dengan RON lebih rendah seperti Pertalite (RON 90). “Tarikan menjadi lebih berat dan lebih boros akibat banyaknya kerak di dalam mesin,” katanya.

Dukungan dari Menteri ESDM

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menyatakan bahwa blending dalam BBM adalah proses yang wajar dalam industri migas. Ia meminta masyarakat untuk tidak meragukan kualitas BBM Pertamina, karena proses blending dilakukan sesuai standar yang berlaku dan tidak ada pencampuran dengan spek berbeda.

“Itu kan ada RON 90, 92, 95, 98. Yang bagus-bagus ini nggak mungkin dicampur sembarangan, itu (harus sesuai) speknya kok. Jadi jangan khawatir,” ujar Bahlil.

Dengan adanya pengujian yang ketat dari berbagai lembaga seperti Lemigas dan ITB, serta pengawasan langsung dari pemerintah, masyarakat diharapkan dapat tetap tenang dan percaya terhadap kualitas BBM Pertamina.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here