Pertamina melakukan dekarbonisasi aset bisnis dan mengembangkan bisnis hijau untuk mendukung penanganan perubahan iklim global. Hal ini juga dilakukan untuk membantu tercapainya target emisi nol bersih Indonesia pada 2060.
“Kami memiliki dua pilar dalam menghadapi perubahan iklim, pertama kami harus mendekarbonisasi aset karbon dan bisnis karbon kami,” kata Senior Vice President Strategy and Investment PT Pertamina, Daniel S Purba dalam keterangan tertulis, Selasa (15/11/2022).
Dalam diskusi di Paviliun Indonesia COP-27 di Sharm el-Sheikh di Mesir pada Jumat (11/11), Daniel mengungkap beberapa upaya pertamina melakukan dekarbonisasi aset bisnis. Salah satunya, mengubah portofolio bisnis dengan cara mempromosikan energi rendah karbon serta energi baru dan terbarukan (EBT) ke dalam bisnis dan operasi perusahaan yang sudah ada.
“Karena secara ekonomi untuk memperkenalkan energi terbarukan ini masih mahal sehingga pasar belum benar-benar siap tapi untuk Pertamina kami mulai dengan operasi kami sendiri. Kami tidak bisa menunggu pasar untuk siap tetapi kami mulai dengan operasi kami sendiri,” ujarnya.
Adapun pilar kedua untuk menangani perubahan iklim adalah mengembangkan bisnis baru yang berkaitan dengan bisnis energi hijau. Hal ini ditargetkan pada bahan bakar nabati, hidrogen, penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon, energi terbarukan, baterai dan kendaraan listrik, serta bisnis karbon.
Dengan kedua hal tersebut, Daniel menilai pendapatan perusahaan akan terus mengalir meskipun bisnis karbon dikurangi dan perusahaan melakukan dekarbonisasi.
Sebagai komitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060, lanjut Daniel, pihaknya akan mengurangi emisi karbon hampir 30 juta ton hingga 2030. Sedangkan target pada 2060 ialah mengurangi sekitar 30-40 juta ton per tahun. Untuk itu, perencanaannya tersebut harus dilakukan sejak saat ini.
Ia menambahkan dalam kurun waktu 2010-2021 Pertamina berhasil menunjukkan kontribusi nyata dengan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29,09 persen.
“Itulah yang kami rencanakan dalam roadmap dan pathway kami untuk mengambil tindakan di tahun-tahun mendatang dengan memiliki program dan inisiatif yang kuat, jelas, dan detail dalam bisnis grup kami. Tidak hanya berurusan dengan bisnis karbon yang ada tetapi juga dengan energi baru dan terbarukan,” terangnya.
Menurut Daniel, peta jalan dekarbonisasi aset bisnis dilakukan dalam setiap bisnis yang dimiliki perusahaan. Mulai dari hulu, kilang dan petrokimia, minyak komersial dan perdagangan, gas, logistik kelautan terintegrasi, dan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan.
“Ada ratusan program di balik skema ini, dan masing-masing entitas grup bisnis kami sudah berkomitmen untuk menjalankannya,” tutur Daniel.
Untuk memastikan komitmen dekarbonisasi berjalan di setiap aset bisnis yang dimiliki, Pertamina pun memasukkan target pencapaian komitmen ke dalam indikator kinerja utama untuk setiap entitas bisnis.
“Jika Anda tidak mencapai target, akan berdampak pada penghasilan. Ini untuk memastikan bahwa semua orang akan bekerja sangat keras dan berkomitmen untuk mencapai target,” tandasnya.
Selain bisnis energi minyak dan gas, Daniel mengungkap Pertamina tengah mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Tidak hanya memproduksi baterai, pihaknya juga masuk ke dalam semua rantai bisnis pasokan di ekosistem kendaraan listrik.
Sumber asli: detik.com