Vietnam Berencana bangun Ini untuk Menjamin Pasokan Batu Bara!

0
570

Vietnam telah mengumumkan rencana untuk membangun conveyor belt raksasa guna mengamankan pasokan batu bara. Kabar ini turut meningkatkan harga batu bara di tengah banyaknya sentimen negatif yang sedang beredar. Pada perdagangan Rabu (7/6/2023), harga kontrak batu bara untuk bulan Juli di pasar ICE Newcastle ditutup pada posisi US$ 141,85 per ton, mengalami kenaikan sebesar 1,98%.

Kenaikan harga tersebut berbeda dengan penurunan harga sebesar 3,23% pada hari sebelumnya. Selama seminggu terakhir, harga batu bara mengalami volatilitas yang tinggi namun hanya bergerak dalam kisaran US$ 135-142 per ton.

Penguatan harga batu bara ini salah satunya didorong oleh kabar positif dari Vietnam. VNExpress melaporkan bahwa Provinsi Quang Tri, Vietnam, berencana membangun conveyor belt atau ban berjalan sepanjang 160 kilometer. Conveyor belt ini akan digunakan untuk mengangkut batu bara dari Laos ke Vietnam.

Langkah ini diambil sejalan dengan meningkatnya permintaan batu bara di Vietnam. Namun, infrastruktur yang kurang memadai membuat Vietnam menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan batu bara tersebut. Conveyor belt ini akan menghubungkan wilayah Sekong di Laos ke Pelabuhan My Thuy di distrik Hai Lang, Vietnam, serta Provinsi Salavan di Laos.

Conveyor ini diharapkan mampu mengangkut batu bara sebanyak 1.500-1.600 ton per jam dan sekitar 15-20 juta ton per tahun dari Laos ke Vietnam setiap tahunnya. Conveyor belt ini akan membentang sepanjang 85 kilometer dari tambang La Lay di Laos, kemudian sepanjang 75 kilometer lagi menuju perbatasan Vietnam, yaitu Pelabuhan My Thuy.

Pembangunan proyek ini diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar VND 10,8 triliun atau sekitar USD 459,77 juta (sekitar Rp 6,8 triliun). Jika terealisasi, conveyor belt ini akan menjadi yang terpanjang di dunia. Saat ini, conveyor belt terpanjang di dunia tercatat di Western Sahara sepanjang 100 kilometer yang menghubungkan El Marsa dan Bou Craa.

Pasokan batu bara dari Sekong dan Salavan diperkirakan mencapai miliaran ton. Vietnam saat ini mengimpor sekitar 20-30 juta ton batu bara setiap tahunnya. Namun, kemampuan impor tambang di Quang Tri hanya mencapai 2 juta ton per tahun.

Kabar dari Vietnam setidaknya mampu menahan pelemahan harga batu bara kemarin. Pasalnya, sentimen negatif dari China dan Amerika Serikat (AS) terus membayangi pasar batu bara. China mengimpor batu bara sebanyak 39,58 juta ton pada bulan Mei tahun ini, mengalami penurunan sebesar 2,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu

April yang tercatat sebesar 40,68 juta ton.

Penurunan impor tersebut disebabkan oleh lesunya industri baja dan permintaan listrik, serta masih tingginya pasokan batu bara di China. Selama periode Januari-April tahun ini, impor batu bara China mencapai 182 juta ton atau naik sebesar 89,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Diperkirakan bahwa impor batu bara China akan melambat ke depan karena ketersediaan pasokan yang tinggi. Pembangkit listrik di China masih menyimpan pasokan sekitar 113 juta ton batu bara hingga akhir Mei, naik 24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Harga batu bara domestik dan lokal yang tidak jauh berbeda juga akan menurunkan minat impor. Harga batu bara dengan kandungan kalori sebesar 5.500 kilokalori (kcal) di pelabuhan China tercatat sebesar US$ 108,14 per ton, sementara batu bara impor tercatat sebesar US$ 99 per ton.

Sementara itu, ekspor batu bara dari Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan sebesar 34,2% (mtm) menjadi 3,1 juta ton pada bulan April tahun ini. Penurunan impor tersebut disebabkan oleh lemahnya permintaan dari Asia dan Eropa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here