Pemerintah Hentikan 50 Kontrak Migas, Termasuk Blok yang Menyimpan ‘Harta Karun’

0
531

Seputarenergi – Pemerintah telah menghentikan atau mengembalikan 50 kontrak kerja sama blok minyak dan gas (migas) kepada negara. Dari 50 blok migas tersebut, 11 di antaranya berasal dari blok migas non konvensional (MNK) atau yang dikenal sebagai shale gas dan Coalbed Methane (CBM) yang telah lama dikembangkan.

“Dari 50 blok terminasi, sebetulnya ada 11 unconventional atau minyak nonkonvensional yang kita kenal dengan shale gas oil atau yang sekarang lebih banyak itu sebenarnya yang Coal bed Methane (CBM) yang sudah lama dikembangkan,” terang Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dikutip dari laman Kementerian ESDM, Kamis (19/10/2023) (“Dari 50 blok terminasi, sebetulnya ada 11 unconventional atau minyak nonkonvensional yang kita kenal dengan shale gas oil atau yang sekarang lebih banyak itu sebenarnya yang Coal bed Methane (CBM) yang sudah lama dikembangkan,” terang Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dikutip dari laman Kementerian ESDM, Kamis (19/10/2023)).

Pemanfaatan shale gas oil memerlukan teknologi khusus seperti fracking atau fracturing yang mahal dan menimbulkan risiko. Namun, komoditas minyak ini telah membuat Amerika Serikat (AS) berubah dari importir minyak terbesar menjadi eksportir.

CBM atau gas metana merupakan sumber energi yang efisien dan bersih yang tersebar di Indonesia dan memiliki prospek untuk dikembangkan secara ekonomis. Nilai kalor metana murni adalah 35,9 MJ/m3, yang setara dengan nilai kalor dari 1,2 kg batu bara standar. Manfaat dari sumber energi CBM tidak hanya mengurangi risiko produksi batu bara, tetapi juga memperoleh energi bersih dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Tutuka menambahkan bahwa 11 WK migas non-konvensional yang dikembalikan ke negara tersebut sebenarnya telah dikembangkan sejak lama. Namun, dia menganggap kurang prospektif untuk dilanjutkan ke tahap operasi.

“Sudah lama dikembangkan, tetapi ternyata banyak yang kurang prospektif, sehingga tidak dilanjutkan,” tambahnya.

Tutuka menjelaskan bahwa berdasarkan pengalamannya, perhitungan tiap geologis akan berbeda-beda. Perhitungan seorang geologis sebelumnya tidak ada secara konseptual dari segi petrol sistem, tapi di sisi lain bisa mengatakan masih prospektif.

“Bisa berbalik dikatakan tidak ada, tapi bisa juga besar. Masih perlu kita tunggu bagaimana tambahan data dari tim subservice-nya melakukan kajian,” jelasnya.

Harapannya, setelah dilakukan lagi kajian data oleh ahli yang memiliki sisi pandang berbeda, blok ini bisa dilelang lagi dan mampu menambah produksi migas nasional di kemudian hari.

“Terminasi ini harapannya dikerjakan kembali dengan tenaga yang baru, expert yang dari sisi pandang yang berbeda dengan tambahan data. Nah, kami sangat berharap ini bisa menambah produksi di kemudian hari,” tutupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here