Menjamurnya pengecer di lokasi-lokasi yang belum ada pangkalan resmi elpiji Pertamina menyebabkan mereka memainkan harga elpiji bersubsubsidi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditentukan. Para pengecer ini menyebabkan pasokan habis dan menimbulkan isu kelangkaan di masyarakat.
Guna mendekatkan produk elpiji kepada masyarakat, khususnya di daerah pelosok, Pertamina mengusung program One Village One Outlet (OVOO) atau satu desa satu pangkalan. OVOO bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan layanan elpiji, sehingga masyarakat tidak perlu lagi membeli dengan harga tinggi di pengecer.
“Untuk wilayah Sumatera Utara, OVOO sudah mencakup 33 kota dan kabupaten, lebih dari 430 kecamatan dan di lebih dari 4.000 kelurahan,” tutur Roby Hervindo, Unit Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I.
Roby menambahkan, sejak pelaksanaan OVOO jumlah pangkalan di Sumut meningkat kurang lebih 16,1% menjadi 11.176. Sebelumnya, pangkalan di Sumatera Utara sebanyak 9.626.
Pencapaian OVOO di Sumatera Utara kini mencapai 85 persen. Akhir tahun 2020, ditargetkan seluruh wilayah Sumut telah hadir OVOO.
“Program OVOO ini dikhususkan untuk menambah pangakalan elpiji di wilayah-wilayah pelosok pedesaan. Bukan di wilayah perkotaan seperti misalnya Medan, yang jumlah pangkalannya sudah banyak. Jika terlalu banyak pangkalan di satu wilayah, maka jatah pasokan per pangkalan menjadi terlalu kecil. Karena meski jumlah pangkalan ditambah, kan kuotanya tetap alias tidak ikut bertambah,” terang Roby.
Berdasarkan catatan Pertamina, sepanjang Januari hingga Juli 2020 penyaluran elpiji 3 kg subsidi di Sumut sudah mencapai lebih dari 77 juta tabung. Sementara elpiji non subsidi seperti Bright Gas, sebesar 13.903 Metrik Ton (MT). Untuk menghindari tabung elpiji bersubsidi dijual kembali oleh pengecer, Pertamina menetapkan satu kepala keluarga hanya boleh membeli satu tabung elpiji bersubsidi.
Sementara itu, di sisi BBM, Pertamina kembali melanjutkan program cashback. Cashback sebesar 30 persen, dapat dinikmati konsumen yang melakukan pembelian Pertalite, Pertamax Series, dan Dex Series menggunakan aplikasi MyPertamina.
“Kami harapkan, cashback ini dapat membantu masyarakat dalam situasi adaptasi kebiasaan baru (AKB),” pungkas Roby.
Kini Pangkalan Elpiji Jangkau Pelosok Riau
“Untuk wilayah Riau, OVOO sudah mencakup 12 kota dan kabupaten, lebih dari 160 kecamatan dan di lebih dari 1.400 kelurahan,” tutur Roby Hervindo, Unit Manager Communication, Relations, & CSR MOR I.
Roby menambahkan saat ini jumlah pangkalan di Riau sejumlah 4636. Jumlah ini meningkat setelah adanya program OVOO dimana sebelumnya pangkalan di Riau sejumlah 4112.
Pencapaian OVOO di Riau hingga saat ini adalah 77,7 persen. Target OVOO 100 persen di wilayah Riau hingga Desember 2020. Akhir tahun 2020, ditargetkan seluruh wilayah Riau telah hadir OVOO.
“Program OVOO ini dikhususkan untuk menambah pangakalan elpiji di wilayah-wilayah pelosok pedesaan. Bukan di wilayah perkotaan seperti misalnya Pekanbaru, yang jumlah pangkalannya sudah banyak. Jika terlalu banyak pangkalan di satu wilayah, maka jatah pasokan per pangkalan menjadi terlalu kecil. Karena meski jumlah pangkalan ditambah, kan kuotanya tetap alias tidak ikut bertambah,” terang Roby.
Berdasarkan catatan Pertamina, Sepanjang Januari hingga Juli 2020 ini, konsumsi Elpiji di Riau sudah mencapai angka lebih dari 58,4 juta tabung untuk Elpiji 3Kg dan 12.818 Metrik Ton (MT) untuk Elpiji Non Subsidi. Untuk menghindari tabung elpiji bersubsidi dijual kembali oleh pengecer, Pertamina menetapkan satu kepala keluarga hanya boleh membeli satu tabung elpiji bersubsidi.