Laba Rp 29 T, Dirut Pertamina: Aman dan Bertahan di Tengah Disrupsi dan Geopolitik

0
516

PT Pertamina (Persero) mencatat lana bersih sebesar Rp 29,3 triliun sepanjang 2021 setelah melakukan transformasi bisnis, menkngkatkan efisiensi dan produksi, serta melakukan pembangunan infrastruktur migas serta proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pada 2021 Pertamina sukses melakukan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan 6 Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics dan Subholding New and Renewable Energy.

“Transformasi ini merupakan langkah strategis untuk beradaptasi dengan perubahan bisnis ke depan, bergerak lebih lincah dan lebih cepat, serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif,” kata Nicke dalam laporan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 10 Juni 2022, dalam keterangan resmi.

Transformasi ini menghasilkan laba bersih konsolidasian (Audited) 2021 sebesar USD 2,046 miliar atau sekitar Rp 29,3 triliun. Angka ini naik hampir dua kali lipat dibanding laba bersih pada 2020 sebesar Rp 15,3 triliun. Capaian ini juga tercatat 154 persen melampaui target RKAP 2021. Kinerja keuangan positif Pertamina juga ditunjukkan dengan EBITDA sebesar USD 9,2 Miliar.

“Ini menunjukkan keuangan Pertamina dalam kondisi sehat (AA), aman dan mampu bertahan di tengah tantangan disrupsi dan geopolitik yang mempengaruhi industri migas dan energi secara global,” tutur Nicke.

Laba bersih Pertamina ini merupakan laba konsolidasian dari seluruh anak usaha dari hulu, pengolahan, hingga hilir. Sebagian besar laba dikontribusikan dari pendapatan sektor hulu yang ikut melonjak (windfall) karena naiknya harga Indonesia Crude Price (ICP).

Adapun sektor hilir hingga saat ini masih tertekan dengan tingginya biaya produksi BBM yang komponennya terbesarnya adalah minyak mentah.

Pada 2021, produksi hulu migas meningkat dari tahun sebelumnya, yakni dari 863 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) di 2020 menjadi 897 MBOEPD pada 2021, sehingga Pertamina memberikan kontribusi lebih dari 60 persen pada produksi migas nasional.

Tak Lagi Impor BBM

Selain itu, dengan pengeboran masif oleh Pertamina, produksi Blok Rokan juga meningkat. Nicke mengatakan berbagai program efisiensi juga berhasil membuahkan penghematan biaya sebesar USD 1,4 miliar.

Produksi BBM juga tercapai sesuai target, sehingga tidak ada tambahan impor. Sejak April 2019 Pertamina sudah tidak lagi melakukan impor, khusus untuk solar dan avtur. Pertamina juga menyelesaikan pembangunan 2 tanker migas raksasa yaitu VLCC Pertamina Pride dan Pertamina Prime, yang digunakan untuk pasar global.

Sementara itu, untuk meningkatkan keandalan suplai BBM khusus di Indonesia Timur, Pertamina telah membangun dan mengoperasikan 13 terminal BBM baru.

Pertamina juga terus menjalankan Proyek Strategis Nasional (PSN), di antaranya Kilang RDMP Balikpapan (realisasi progres 47 persen), Kilang RDMP Balongan (realisasi progres 68,5 persen), Green Refinery Cilacap, Kilang GRR Tuban, serta proyek prioritas lainnya untuk memperkuat bisnis Petrokimia Pertamina seperti Polyprohylene Balongan, Revamping Aromatic TPPI, dan Olefin TPPI.

Digitalisasi yang terintegrasi dari Hulu ke Hilir menjadi salah satu kunci keberhasilan Pertamina dalam mengendalikan produksi dan distribusi BBM, serta peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat. Melalui Integrated Commands Centre, seluruh aktivitas operasional dapat dimonitor secara online dan real time. Penggunaan aplikasi MyPERTAMINA untuk cashless payment semakin meningkat, dan saat ini sudah mencapai lebih dari 22 juta pengguna.

Pengembangan energi baru pada 2021, selain produksi Biosolar B30, Kilang Cilacap berhasil memproduksi Renewable Diesel (Biodiesel 100 persen) dengan kapasitas 3.000 barel per hari.

Nicke menuturkan Pertamina juga menjadi motor penggerak industri dalam negeri dengan capaian TKDN sebesar 60 persen atau lebih tinggi dua kali lipat dibanding target tahun 2021 sebesar 30 persen. Selain itu, sepanjang 2021 sebanyak 881 UMKM binaan Pertamina naik kelas (go modern, go sigital, go global).

Nicke menegaskan komitmen Pertamina untuk Net Zero Emission pada 2060, melalui kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan global, di antaranya Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), Carbon Trading, Green Energy Cluster, Natural Carbon Solution, EV battery ecosystem,dan pengembangan green hydrogen dari energi terbarukan.

Untuk meningkatkan aksesibilitas energi bagi masyarakat, Pertamina mengusung program One Village One Outlet (OVOO) yaitu BBM 1 Harga, Pertashop, dan agen LPG, melalui kolaborasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, dan Kementerian Dalam Negeri.

Sumber Asli: tempo.co

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here