Seputarenergi – Dewan Energi Nasional (DEN) menegaskan bahwa gas menjadi kunci penting sebagai jembatan menuju transisi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Ini karena emisi yang dihasilkan dari pembakaran gas cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya seperti batu bara.
“Gas adalah yang paling cocok memang untuk transisi sebelum kita sepenuhnya menggunakan EBT, kita masih punya banyak gas kita masih ekspor dalam bentuk gas pipa maupun LNG,” kata Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto.
Djoko juga mengungkapkan bahwa sekitar 30 tahun yang lalu, Indonesia telah memanfaatkan gas sebagai bahan bakar untuk sektor transportasi, dengan infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang telah ada sebanyak 28 unit. Namun, permintaan untuk kendaraan berbahan bakar gas pada waktu itu menurun karena kurangnya dukungan kebijakan.
“Misalnya nggak boleh lagi jualan kendaraan BBM gitu, harus gas tetapi akhirnya kita kembali lagi menggunakan gas ya terutama untuk transportasi umum,” tambahnya.
Menanggapi hal ini, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad, menyatakan bahwa pemanfaatan gas bumi saat ini sedang didorong secara menyeluruh karena dapat mengisi gap antara target dan realisasi bauran energi baru dan terbarukan (EBT).
“Untuk menjembatani sebelum semuanya sumber dari energi baru maka gas ini sumber energi paling feasible jumlah melimpah dan lebih bersih dibanding fosil yang lain,” kata Noor Arifin Muhammad.
Meskipun begitu, Noor Arifin menekankan bahwa pembangunan infrastruktur yang lebih masif menjadi kunci utama untuk menggenjot pemanfaatan gas di dalam negeri.